Oleh : Nur Hidayat Alim.
Keberhasilan
seorang pelajar bisa ditentukan salah satunya dari bagaimana akhlak (etika) nya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
seorang pelajar dalam tahapan proses tholabul ilmi (mencari ilmu). Di dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, Hadratussyaikh
KH. Hasyim Asy’ari menguraikan beberapa akhlak (etika) yang seyogianya diterapkan
oleh seorang pelajar terhadap dirinya sendiri. Dalam kitab tersebut dijelaskan
ada 10 Akhlak (etika) yang hendaknya diterapkan oleh seorang pelajar, yaitu
sebagai berikut :
Pertama,
hendaknya membersihkan hati
Seorang pelajar
hendaknya membersihkan hatinya dari segala penyakit dan kotoran hati yang dapat
mencegah masuknya ilmu seperti dendam, dengki, keyakinan yang menyimpang, dan
perangai buruk lainnya. Hal ini perlu dilakukan oleh seorang pelajar agar mudah
menerima, menghafal, dan memahami ilmu.
Kedua,
hendaknya mempunyai niat yang baik
Seorang pelajar
hendaknya mempunyai (menata) niat yang baik dalam tholabul ilmi (mencari ilmu).
Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan beberapa kriteria niat yang
hendaknya ditancapkan dalam hati seorang pelajar, yaitu meraih ridha Allah Swt,
mengamalkan ilmu dalam kehidupan, menghidupkan dan melestarikan syari’at agama
islam, menerangi dan menghiasi hati, dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ketiga,
hendaknya menyegerakan dan tidak menunda-nunda mencari ilmu
Seorang pelajar
hendaknya segera memanfaatkan masa mudanya untuk tholabul ilmi (mencari ilmu),
jangan sampai terlena oleh rayuan yang menunda-nunda dan berangan-angan
Panjang. Selain itu, seorang pelajar hendaknya menghindari dari hal-hal yang menghalangi
kesempurnaan proses tholabul ilmi (mencari ilmu), serta menguatkan tekad
kesungguhan jerih payah dalam belajar sebagaimana yang dipaparkan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Keempat,
hendaknya bersikap qana’ah (menerima apa adanya)
Seorang pelajar
hendaknya menerapkan sikap qana’ah, yakni menerima apa adanya sandang (pakaian)
dan pangan (makanan) yang dimilikinya. Selain itu, seorang pelajar hendaknya
bersabar atas kesederhanaan hidup karena yang demikian akan mendatangkan
keluasan ilmu pengetahuan.
Hadratussyaikh KH.
Hasyim Asy’ari memaparkan kutipan perkataan Imam Asy-syafi’i :
لايفلح
من طلب العلم بعزة النفس وسعة المعيشة ولكن من طلبه بذلة النفس وضيق العيش وخدمة
العلماءأفلح
“Tidak bahagia orang yang mencari ilmu dengan tinggi
hati dan kemewahan hidup. Tetapi orang yang mencarinya dengan kerendahan hati,
kesulitan hidup dan berkhidmah kepada ulama’ maka akan Bahagia”.
Kelima,
hendaknya pandai membagi dan memanfaatkan waktu dengan baik
Seorang pelajar
hendaknya mempergunakan waktunya untuk belajar dan hal-hal yang bermanfaat, tidak
menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Hadratussyaikh
KH. Hasyim Asy’ari memaparkan bahwa waktu yang
paling baik untuk menghafal pelajaran adalah waktu sahur, untuk membahas materi
pelajaran adalah pagi hari, untuk menulis pelajaran adalah siang hari, dan untuk
muthola’ah (mengkaji ulang pelajaran) adalah malam hari.
Selain
merekomendasikan waktu belajar yang baik, beliau juga memaparkan bagaimana
kriteria tempat yang paling baik untuk menghafalkan pelajaran, yakni adalah di
kamar dan tempat yang jauh dari kebisingan. Tidak baik menghafalkan pelajaran
di depan pepohonan, tumbuhan, sungai dan tempat yang ramai.
Keenam,
hendaknya menyedikitkan makan dan minum
Seorang pelajar hendaknya
tidak berlebihan (menyedikitkan) makan dan minum. Hadratussyaikh KH. Hasyim
Asy’ari memaparkan dengan mengutip ungkapan sebuah syair :
فإن
الداء أكثر ما تراه * يكون من الطعام أو الشراب
“Sesungguhnya
penyakit yang paling banyak engkau ketahui berasal dari makanan atau minuman.”
Di antara manfaat menyedikitkan makan adalah terjaganya kesehatan jasmani dan
menolak berbagai macam penyakit. Karena sesungguhnya penyebab muculnya penyakit
adalah banyaknya makan dan minum. Selain itu juga menghindarkan diri dari sifat
serakah dan angkuh.
Ketujuh,
hendaknya bersikap wara’ (menjauhi perkara syubhat alias tidak jelas
halal-haramnya) dan berhati-hati dalam
segala hal
Seorang pelajar
hendaknya memilih yang benar-benar halal dalam hal makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal, dan seluruh kebutuhan hidup supaya hatinya terang dan mudah
menerima cahaya ilmu beserta kemanfaatannya. Salah satu bentuk kehati-hatian
adalah mengambil dispensasi syariat (rukhshoh) hanya saat benar-benar ada
kebutuhan dan sebab yang memperbolehkan.
Kedelapan,
hendaknya meminimalisir makanan yang menyebabkan kebodohan dan lemahnya panca
indera
Hadratussyaikh KH.
Hasyim Asy’ari memaparkan bahwa seorang pelajar hendaknya mengurangi konsumsi
makanan yang dapat menyebabkan kebodohan dan lemahnya panca indera seperti apel
yang asam, buncis dan cuka. Begitu juga hendaknya menghindari makanan yang
menyebabkan banyaknya dahak (balghom) yang dapat memperlambat kinerja otak dan
memperberat tubuh, seperti susu dan ikan yang berlebihan.
Selain itu,
seorang pelajar hendaknya menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan lupa,
seperti memakan makanan sisa tikus, membaca tulisan di nisan kuburan, masuk di
antara dua unta yang beriringan dan membuang kutu dalam keadaan hidup.
Kesembilan,
hendaknya meminimalisir waktu tidur
Hadratussyaikh
KH. Hasyim Asyari menekankan kepada para pelajar agar menyedikitkan waktu tidur
selama tidak membahayakan kondisi tubuh dan pikirannya. Tidak menambah jam
tidur dalam sehari semalam lebih dari delapan jam, karena kebanyakan tidur
merupakan salah satu faktor penyebab kemalasan dalam belajar.
Kesepuluh,
hendaknya meninggalkan pergaulan yang berefek negatif
Hadratussyaikh KH.
Hasyim Asy’ari memaparkan bahwa seoarang pelajar seyogianya menjauhi pergaulan yang
berefek negatif, terutama dengan lawan jenis yang bukan mahram dan pergaulan
yang hanya main-main tidak mendewasakan pikiran. Seorang pelajar
hendaknya memilih teman pergaulan yang baik agamanya, bertakwa, wara’, banyak
kebaikannya, terjaga harga dirinya, sedikit berdebat/bersengketa, saling
meningatkan ketika lupa dan saling tolong-menolong dalam hal kebaikan.
Demikian 10 akhlak (etika) pribadi yang hendaknya diterapkan oleh seorang
pelajar dalam proses tholabul ilmi (mencari ilmu) demi kemanfaatan dan
keberkahan ilmu yang sedang dicari menurut Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam
kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim.

2 Komentar
Masyaallah sangat bermanfaat sekali
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus